Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Ahmad Arabi dan As-Sanusi

ahmad arabi dan as sanusi

Ahmad Arabi

Nama lengkapnya adalah Ahmad Arabi bin Muhammad Arabi bin Muhammad Rafi bin Muhammad Ghanim.

Nasabnya bersambung sampai kepada Imam Husain .

Lahir pada tahun 1258 H/1841 M di propinsi Asy- Syarqiyyah, Mesir.

Dia sudah mampu hafal Al-Quran ketika usianya baru mencapai 8 tahun.

Dia masuk Universitas Al Azhar dan belajar dari para pemuka ulama pada zamannya.

Pada tahun 1271 H, dia masuk militer dan menduduki beberapa jabatan dan akhirnya dia diangkat sebagai Letnan Jenderal.

Dia keluar dari dinas militer selama 2 tahun, tetapi kemudian masuk kembali.

Satu saat terjadi perselisihan antara dia dan Khasru Basya At-Turki dan perseteruan tersebut menyebabkannya diadili pada pengadilan militer dan dijatuhi hukuman penjara selama beberapa tahun. Dia menolak keputusan pengadilan dan naik banding kepada para anggota hakim militer yang mengadilinya. Al-Khadiya Ismail memerintahkan agar dia dipecat dari dinas militer.Akan tetapi,Al-Khadiya Ismail memaafkannya dan memasukkan kembali ke Dinas Militer.

Jabatannya pernah sampai pada Brigader Jenderal. Setelah itu dia diangkat sebagai komandan jihad dalam angkatan laut. 

Pada tanggal 9 September 1881 M, dia mengajak orang-orang Mesir untuk melakukan revolusi. Dia meminta masyarakat untuk selalu perhatian terhadap bidang militer. Ahmad Arabi menolak suatu keputusan yang melarang orang-orang Mesir untuk menjadi pegawai dan dia juga meminta departemen yang berlaku semena-mena untuk ditutup. Ketika Al Khadio mengatakan kepadanya bahwa negara Mesir adalah warisannya dan penduduk Mesir adalah budaknya. Ahmad Arabi menjawab, "Allah telah menciptakan kita dalam keadaan bebas.Allah tidak menciptakan kita sebagai warisan ataupun harta. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya, setelah hari ini kita tidak akan lagi menjadi warisan dan dianggap budak."

Ketika Inggris masuk Mesir,Ahmad Arabi menyerang mereka di Kafr Ad Dawar dan berhasil memaksa mereka agar mundur. Pertempuran ini juga menyebabkan mereka mendapatkan kerugian yang besar. Hal inilah yang memaksa mereka mundur dan menempuh cara yang licik. Mereka berhasil menempatkan pasukannya di Mesir lewat Terusan Suez. Keberhasilan mereka ini disebabkan adanya pengkhianatan Delisebs yang mengatakan Inggris tidak mungkin melewati Terusan Suez. Penyebab lain dari keberhasilan Inggris adalah suap yang dilakukan oleh Al-Khadiya terhadap orang-orang Badui yang menghuni wilayah sebelah barat Terusan Suez.

Ahmad Arabi selalu mengkhususkan waktunya di malam hari untuk shalat. Di malam hari dia mempersiapkan pasukan dan berkumpul dengan berdo'a bersama-sama untuk mengalahkan musuh.Ahmad Arabi meminta prajuritnya untuk selalu melakukan demikian, dan pasukan Ahmad Arabi adalah sebaik-baik pasukan.

Komandan pasukannya ada yang melakukan pengkhianatan. Komandan tersebut memberitahu Ahmad Arabi bahwa pasukan Inggris tidak akan menyerang Mesir di malam hari. Berdasarkan informasi darinya, Ahmad Arabi tidak melakukan persiapan. Bahkan pengecut tersebut mengosongkan jalan-jalan dari tentara Mesir dan memasang lampu-lampu di barikade-barikade. Tujuannya adalah untuk menunjukkan jalan bagi tentara Inggris. Tidak hanya itu, dia juga membocorkan rencana-rencana Ahmad Arabi kepada tentara Inggris. Oleh karena itu, Inggris menyerang pasukan Mesir di waktu fajar dan pasukan Mesir tidak memiliki persiapan untuk menghadapinya. Pertempuran tersebut hanya berlangsung dalam waktu 20 menit saja. Ahmad Arabi tidak mengetahui pengkhianatan ini, kecuali setelah kekalahannya dalam pertempuran di Tal Al-Kabir.

Ahmad Arabi dan pengikutnya dijatuhi hukuman mati oleh Inggris. Akan tetapi,kemudian Inggris memperingan hukumannya dengan diasingkan di pulau Sailan (sekarang menjadi Srilanka). Semua harta kekayaannya disita oleh Inggris. Dia berada dalam pengasingan selama 19 tahun. Pada tahun 1901, dia dan pengikutnya dibebaskan.

Dari tempat pengasingannya Ahmad Arabi menulis surat, "Kami semua di sini laksana jasad yang hidup atau hidup seperti mayat. Akan tetapi, sedikit pun kami tidak menyesal. Kami berkeyakinan bahwa kami telah melakukan apa yang telah diwajibkan oleh Allah kepada kami. Dengan keikhlasan dan amanah serta berjuang semampunya kami membela Agama dan negara."

Mister Gladson berkata, “Ahmad Arabi adalah orang yang sangat luar biasa, pandai berargumentasi, ilmunya sangat luas, jiwa dan hatinya sangat besar, sangat memahami syari'at agamanya dan dia seperti seorang ulama yang sangat besar."

Musuh-musuh Ahmad Arabi tidak obyektifdengan menuduhnya sebagai orang yang bodoh dan suka berkhianat. Mereka bahkan menuduhnya sebagai penyebab masuknya penjajah ke Mesir.

Di antara buku yang dia tulis adalah Kasyf,As-Sattar an Siril Asrar dan Taqrirun an Ats-Tsaurah Al-Arabiyah.

Kata-kata Ahmad Arabi yang sangat terkenal adalah, “Saya tidak pernah melakukan sesuatu untuk kepentingan Inggris atau Perancis dan saya juga bukan utusan mereka untuk negara tertentu. Saya berjuang juga bukan untuk Al-Khadiya."

Pada tahun 1901, dia pulang sendirian dari pengasingannya. Orang-orang tidak berani menengoknya karena takut kepada Inggris. Di rumahnya, dia selalu membaca Al-Quran. 

 

As-Sanusi

Nama lengkapnya adalah Asy-Syarif bin Muhammad bin Muhammad bin Ali As-Sanusi.

Lahir pada tahun 1284 H di Jaghbub,Aljazair.

Dia menetap di Wahah Al-Kufrah di wilayah Barqah.

Sultan Muhammad VI dari Dinasti Utsmani pernah mengangkatnya sebagai menteri.

Setelah jatuhnya kekuasaaan Utsmani, para pengikut Kamal Ataturk menuduhnya masih tetap berhubungan dengan mereka.Karena Perancis tidak memperkenankannya tinggal di Damaskus, dia terpaksa pergi dari sana. Setelah itu dia pergi ke Hijaz dan di sana Raja Abdul Aziz sangat memuliakannya.

Dia merasakan bagaimana beratnya berjihad melawan pasukan Italia yang menyerang dinasti Utsmani, kota Tripoli Barat, dan Barqah. Pasukan yang terdiri dari pejuang kota Tripoli dan Barqah berangkat untuk berperang di bawah komandannya. Pasukan Italia akhirnya bersedia untuk menyepakati perjanjian damai dengan negara Turki Utsmani. Di samping itu, dia juga merasakan bagaimana beratnya berjihad sendirian. Antara dirinya dengan putra pamannya Sayyid Idris juga pernah terjadi perselisihan. Walaupun dia berjihad melawan pasukan Perancis selama 11 tahun dan 7 tahun melawan pasukan Italia, tetapi pengikutnya tergolong sedikit.

Dia merupakan salah satu dari empat syaikh yang besar dalam Tarekat As Sanusiah yang tetap berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan sunnah.

Di Maroko,dia mempunyai pengikut dari para penganut paham Tarekat As Sanusiah.

Pangeran Syakib Arselan berkata, "Dia adalah seorang cendekiawan yang mulia, dermawan, guru yang besar, dan bijaksana."

Di antara buku yang ditulisnya adalah Al Anwar Al Muqaddasah,Al Fayudhat Ar Rabbaniyah dan lain-lain.

Dia meninggal dunia di Madinah Al Munawarah pada tahun 1351 H.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah Ahmad Arabi dan As-Sanusi"