Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah An-Nursi dan Abdul Hamid bin Badis

an nursi dan abdul hamid bin badis

An-Nursi

Namanya adalah Sa'id Mirza.

Julukannya adalah Badi'uzzaman.

Lahir pada tahun 1873 M di desa Nursi yang terletak di sebelah utara Anadhul,Turki.

An-Nursi berguru kepada seorang ulama terkemuka yang hidup di zamannya.

An-Nursi memiliki kecerdasan yang luar biasa. Pada umurnya yang masih muda belia, guru-gurunya sangat mengenal kepandaiannya. Tidak lama setelah itu, dia menjadi seorang ulama yang sangat terkenal.

Banyak ulama terkemuka mengajak An-Nursi untuk berdebat dan dia selalu berhasil mengalahkan argumentasi mereka.

Dia adalah merupakan ketua pasukan sukarelawan dalam pasukan Front Qauqaz. Pasukan yang dipimpin oleh An-Nursi adalah yang ikut berperang pada Perang Dunia I di Anatholia Bagian Utara.

Bersama sembilan puluh tentara yang lain, An-Nursi pernah ditawan oleh pasukan Rusia. Dia dijatuhi hukuman mati, tetapi dia berhasil melarikan diri pada saat terjadinya Revolusi Komunis.

Pada tahun 1918, dia berhasil kembali ke Istambul. Dia dianugerahi medali kehormatan perang dan ditawari beberapa jabatan, namun dia menolak semua jabatan yang ditawarkan.

Setelah kekalahan Turki pada Perang Dunia I, An-Nursi berperang melawan pasukan Inggris dengan menggunakan senjata dan lisannya.

An-Nursi menganjurkan para petinggi negara dan parlemen untuk selalu mengerjakan shalat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.

Dia lebih dari satu kali diasingkan dari Turki. An-Nursi juga sering dipenjara dikarenakan dia mengajak orang untuk melakukan kebangkitan agama dan kembali kepada Islam.

Di antara ucapan-ucapannya yang terkenal adalah, “Saya berani membuktikan kepada dunia bahwa Al-Qur'an adalah merupakan suatu sumber yang selalu memunculkan semangat yang tidak mungkin akan padam untuk selama-lamanya." An-Nursi menulis artikel yang berjudul An-Nur. An-Nursi membagikan lebih dari 600.000 eksemplar artikel tersebut kepada masyarakat. Perbuatannya itu menyebabkan dia diadili dan dipenjara serta diasingkan ke beberapa tempat. Dalam artikel tersebut dia mengetengahkan bukti-bukti adanya Allah, penolakkannya kepada faham komunis maupun materialis dan pernyataannya tentang tidak adanya bukti-bukti yang mendasari filsafat materialis tersebut.

An-Nursi tidak menikah. Sebagian orang berpendapat bahwa alasannya tidak menikah adalah karena ekonominya belum mapan.

Ketua Organisasi Freemasonry dari orang-orang Yahudi pernah mengajaknya untuk melakukan debat. Setelah pertemuannya dengan Ketua Organisasi tersebut, An-Nursi kemudian keluar dan berkata, "Orang yang aneh ini selalu menyerang diri dan Agamaku dalam setiap pembicaraannya." 

Mushtofa Kamal Ataturk pernah membujuknya agar mau menjadi Ketua Wu'azh (para Pemberi Nasehat) di Anatholi Bagian Timur dan menjadi pengurus pada Universitas Dar Al-Hikmah. Kamal Ataturk juga berjanji akan memberikan kepada An-Nursi sebuah vila yang besar sebagai tempat tinggalnya serta jabatan yang tinggi.Akan tetapi, dia menolak semua tawaran tersebut.

Dalam salah satu pengadilan terhadap An-Nursi, dia membaca naskah pidatonya setebal sepuluh halaman. Naskah pidato tersebut dimuat oleh berbagai koran dan pers. Naskah pidato An-Nursi berisi, "Di sini saya katakan kepada kalian bahwa saya berada di ruangan sempit yang kalian namakan dengan penjara. Di sini saya menunggu kereta yang mengantarkanku menuju akhirat. Apa yang saya katakan di sini bukanlah supaya didengar oleh kalian saja, tetapi supaya didengar oleh seluruh dunia. Sekarang tibalah saatnya untuk membuktikan kebenaran yang selama ini belum terungkap. Dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam, saya sudah sangat rindu terhadap akhirat. Saya datang ke sini adalah untuk pergi ke akhirat bersama orang-orang yang sudah di hukum gantung."

Pemerintah Kamal Ataturk pada masa kediktatoran sangat memerangi kebebasan berpikir dan sering membuat provokasi. Kalau memang keadaannya demikian, maka tibalah saat kematian dan gila. Orang-orang yang berbuat zhalim akan mendapatkan neraka Jahannam. Kalian bertanya kepadaku, "Apakah Anda termasuk anggota organisasi Persatuan Al-Muhammadi?" An-Nursi menjawab,“Saya merasa bangga karena termasuk anggota yang paling muda dalam organisasi Persatuan Al-Muhammadi. Beranikah kalian mengatakan kepada saya bahwa orang-orang yang di luar organisasi tersebut adalah orang-orang yang salah langkah dan bodoh?” Kesalahan saya yang lain yang menyebabkan saya dipenjara adalah karena saya menolak koran-koran yang diterbitkan oleh orang-orang Freemasonry dan orang-orang non muslim. Saya katakan kepada mereka, “Dalam berdakwah, seorang ahli sastra harus menempuh jalan sastra pula. Lebih-lebih apabila dakwahnya disampaikan kepada umat." Saya katakan juga di sini, "Seorang ulama yang rendah hati tidak pantas memakai pakaian penari. Sebagaimana kota Istanbul juga tidak pantas berakhlak seperti orang-orang Eropa."

Di antara karangan-karangannya adalah Isyarat Al-I'jaz, At-Tafkir Al-Imani,Dzu Al-Fiqar dan Ra'id Asy-Syabab.

Said Mirza An-Nursi meninggal dunia di kota Orfa pada tahun 1960.


Abdul Hamid bin Badis

Nama lengkapnya adalah Abdul Hamid Muhammad Al-Mushthafa bin Makki bin Badis.

Dia lahir pada tahun 1887 M di Qasnathinah di Aljazair.

Abul Hamid hafal Al-Qur'an. Dia belajar ilmu-ilmu dasar kepada Syaikh Ahmad Hamdan Al-Wanisi.

Abdul Hamid menerbitkan majalah Al-Munqidz dan dia menjabat sebagai pimpinan redaksinya.

Dia juga menerbitkan majalah Asy-Syihab dan sebuah majalah yang memuat masalah-maslah Agama, Ilmiah, dan Sastra. Di samping, itu dia juga berperan dalam pendirian majalah An-Najah.

Penjajah Perancis berusaha untuk membujuknya dengan diangkat sebagai Pimpinan Urusan Agama. Syaikh Abdul Hamid bin Badis menolak tawaran penjajah Perancis tersebut. Karena dia menolak tawaran tersebut, kemudian dia dipenjara dan disiksa. Saudara-saudara dan ayah Abdul Hamid bin Badis menentang perjuangannya, tetapi dia tetap meneruskan perjuangan.

Dia adalah merupakan Ketua Majlis Ulama Aljazair. Dalam masa pimpinannya, Majlis Ulama Aljazair banyak berperan dalam mendirikan sekolah-sekolah.

Pada tahun 1927, Abdul Hamid selamat dari usaha pembunuhan.

Dia mengajar tafsir selama 14 tahun. Tafsir-tafsir yang diajarkannya, kemudian diterbitkan dan diberi nama Majalis At Tadzkir.

Dia sangat menentang penjajah Perancis. Abdul Hamid bin Badis menolak untuk mengirim telegram yang isinya mendukung penjajah Perancis pada Perang Dunia II. Karena dia bersikeras tidak mau mengirim telegram, penjajah Perancis menghukumnya dengan tahanan rumah. Dia juga mengajar di masjid Sayyidi Hamusy di Aljazair. 

Bersama Front Ulama Aljazair, dia menolak perjanjian Blom Fiolin yang bersi tentang adanya peleburan negara Aljazair ke dalam negara Perancis. Menanggapi perjanjian tersebut, dia juga mengadakan konferensi. Konferensi tersebut menyerukan beberapa hal di bawah ini:

- Menjaga ciri khas ajaran Agama Islam dan kebudayaan Arab

- Mengadakan reformasi dalam Pengadilan Agama agar sesuai dengan Undang-Undang Islam.

- Menolak keputusan yang menganggap bahasa Arab sebagai bahasa asing.

-Menuntut dikembalikannya harta wakaf milik Majlis Ulama Aljazair. Dengan konferensi ini, dia berhasil mengagalkan usaha peleburan Aljazair ke ke dalam negara Prancis.

Abdul Hamid bin Badis meninggal dunia pada tahun 1940 di Qasnathinah. Ada sumber lain yang mengatakan bahwa dia meninggal dunia karena diracun.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah An-Nursi dan Abdul Hamid bin Badis"