Kisah Basyir Al-Ibrahimi dan Imam Abu Hanifah
Basyir Al-Ibrahimi
Nama lengkapnya adalah Muhammad Basyir Umar Al-lbrahimi.
Basyir Al-lbrahimi lahir pada tahun 1889 di Qosnathinah, sebuah tempat yang berada di Propinsi Syathif, Aljazair. Dia berasal dari suku Righah yang sangat terkenal. Suku Righah dikenal sebagai anak keturunan Ibrahim.
Dia pernah pergi ke Madinah Al Munawarah, Damaskus, dan kota-kota lainnya. Tujuan dari kepergiannya ke wilayah-wilayah tersebut adalah untuk belajar dan memperdalam ilmu Agama.
Dia adalah wakil ketua Majelis Ulama Aljazair yang diketuai oleh Abdul Hamid bin Badis.
Basyir Al-Ibrahimi pernah ditahan di penjara Aflo yang terletak di gurun pasir Wahran. Baru satu minggu dari penahanannya, puteranya Abdul Hamid bin Badish meninggal dunia. Basyir Al-Ibrahimi dibebaskan tahun 1943.
Dia terpilih sebagai ketua Majelis Ulama Aljazair setelah kematian Abdul Hamid bin Badis.
Pada tahun 1973, dalam kurun waktu satu tahun Basyir Al-Ibrahimi berhasil mendirikan tujuh puluh tiga sekolah. Pendirian sekolahsekolah tersebut bertujuan untuk menyebarkan bahasa Arab. Dia ingin menyebarkan bahasa Arab melalui metode menghafal Al-Qur'an. Hal ini dia lakukan untuk menghindari intervensi penjajah.
Orang-orang Aljazair menyambut baik ide Basyir Al-Ibrahimi. Mereka mendirikan sekolah-sekolah hingga jumlah mencapai 400 buah.
Pada tahun 1945, Basyir Al-Ibrahimi dijebloskan ke penjara militer. Sebelum dibebaskan, dia mendapatkan siksaan yang sangat keras di dalam penjara.
Pada tahun 1952, dia berkunjung ke Mesir dan menetap di sana. Setelah munculnya revolusi Aljazair tahun 1954 dia melakukan kunjungan ke negara India dan yang lainnya, yang bertujuan untuk mengumpulkan dana dalam rangka membantu revolusi.
Setelah kemenangan revolusi di Aljazair, Basyir Al-Ibrahimi kembali ke negaranya. Akan tetapi, di Aljazair dia tidak mendapatkan tempat untuk bekerja, maka dia menyendiri di rumah sampai meninggal dunia. Basyir Al-Ibrahimi adalah merupakan anggota Lembaga Pengetahuan Arab yang ada di kota Kairo, Damaskus dan Baghdad.
Dia mempunyai kumpulan sya'ir-sya'ir yang terdiri dari 36.000 bait. Kumpulan-kumpulan sya'ir tersebut berjudul Tarikhu Al-Islami wa AlMujtama'i Aljazairi wa Al-Intima'i.
la menulis artikel-artikelnya di koranAl-Basha'irterbitan Aljazair. Basyir Al-Ibrahimi adalah pimpinan redaksi koran tersebut.
Dia meninggal dunia di Aljazair pada tahun 1965.
Imam Abu Hanifah
Namanya Al-Nu'man bin Tsabit bin Marzaban Al Farisy biasa dipanggil Abu Hanifah, gelarnya Al Imam Al-A'Zham (Imam Besar), dan terkenal dengan sebutan Imam ahli Al-ra'yi (Imam Ahli Logika). Dilahirkan tahun 80 H. di Kufah pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan, dan hidup di dalam keluarga kaya yang shaleh. Dia menghafal Al-Qur'an sejak masa kecil dan merupakan orang pertama yang menghafal hukum Islam dengan cara berguru. Abu Hanifah adalah salah satu dari imam empat dan pemillik madzhab yang terkenal.
Menimba ilmu dari ratusan Syaikh dan mengawali studinya dengan ilmu theologi, berdiskusi dengan orang-orang atheis serta aliran sesat, kemudian atas bimibngan Hamad bin Abi Sulaiman dia dituntun untuk mempelajari ilmu fikih.
Parasnya tampan, ucapannya fasih, santun, argumentasinya kuat, sangat cerdas, berwibawa, terhormat, pendiam, selalu berfikir dan kata-katanya bagaikan mutiara. Dimasa hidupnya pernah melihat dan mendengar tujuh sahabat Nabi, yaitu: Anas bin Malik, Abdullah az-Zubairi dan Amru bin Haris. Disamping itu berani menjustifikasi beberapa perawi hadits yang lemah hafalannya dan membantah atas ke-tsiqat-annya yang dianggap adil oleh para imam ilmu hadits, seperti Ibnu Ma'in, Abu Daud, Ibnu Al-Madiniy dan Sya'ab. Dia juga meriwayatkan Hadits dari Atha bin Abi Rabah yaitu Syaikh pertama, dan dari Sya'biy dan Amru bin Dinar. Meriwayatkan darinya Ibrahim bin Thahman salah satu ulama Khurasan,
Ishaq al-Azrak dan Hamzah Az-Zayyat. Yazid bin Harun berkata: "Saya tidak melihat seorang pun yang lebih cerdas dari Abu Hanifah." Imam Syafe'i berkata: "Tidak seorang pun mencari ilmu fikih kecuali dari Abu Hanifah. Dari ucapannya sesuai apa yang datang dari Rasulallah É, apa yang datang dari Sahabat dan apa yang datang dari selain mereka dia memilihnya."
Suatu saat seseorang membentaknya ketika dia sedang belajar, Abu Hanifah tidak menoleh kepadanya sedikitpun, tidak memutus ucapannya dan melarang teman yang akan mengingatkannya. Ketika selesai Abu Hanifah bangkit beranjak pulang, orang itu pun mengikutinya sampai di depan pintu, kemudian Abu Hanifah berkata: "Ini adalah rumahku, kalau masih tersisa pada mulutmu maka selesaikanlah sehingga tidak ada sisa sedikit pun." Orang itu kemudian merasa malu dan pulang dengan hampa."
Dia seorang pedagang sutra, mengirim dagangannya ke Baghdad untuk diniagakan, dan kembalinya dia membeli apa-apa yang dibutuhkan oleh para guru hadits dan fikihnya tanpa imbalan sedikit pun, dan berkata: "Ini adalah rezeki dari Allah untuk tuan-tuan melalui tanganku." Salah satu pendapatnya yang terkenal adalah diperbolehkannya mengeluarkan zakat fitrah dengan uang.
Karya-karyanya dari ilmu fikih adalah Al-Musnad, Al-Kharaj dan dinisbatkan kepadanya kitab Al-Fiqhu al-Akbar. Khalifah Abu Ja'far alMansur bersumpah untuk menjadikannya Qadhi, namun Abu Hanifah bersumpah untuk tidak melakukannya, dan berkata: "Amirul Mukminin lebih mampu dari pada saya untuk menunaikan kifarat atas sumpahnya". Dari ucapannya ini khalifah merasa dilecehkan dan memerintahkan untuk menangkap dan memenjarakan Abu Hanifah sampai wafat pada tahun 150 H. pada usia tujuh puluh tahun.
Buku yang memuat sirah (biografi)nya adalah Khabar Abu Hanifah karya Asy-Syaibaniy, dan Abu Hanifah: hayatuhu, wa 'Asruhu, wa Arahu wa fiqhuhu karya Muhammad Abu Zahrah.
Posting Komentar untuk "Kisah Basyir Al-Ibrahimi dan Imam Abu Hanifah"