Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Farhan As-Sa'di dan Abdul Qadir Al-Husaini

farhan assadi dan abdul qadir al husaini

Farhan As-Sa'di

Lahir di desa Mizar sebuah wilayah di Junain yang termasuk distrik Nabil.

Masa mudanya dia gemar mengajar ilmu agama di masjid-masjid dan berkumpul dengan para ulama. Perkembangannya dalam bidang ilmu agama dan umum menjadikannya berwibawa dan dihormati oleh lingkungannya. Setelah Inggris menjajah Palestina, orang-orang mengenalnya dengan nama Syaikh Farhan.

Dia sering mengikuti Konferensi Nasional dan beberapa demonstrasi melawan pasukan Inggris. 

Ketika berkobar revolusi pada tahun 1929, dia membentuk pasukan gerilyawan mujahidin untuk menguasai Junain. Penjajah Inggris memenjarakannya selama tiga tahun. Sekeluarnya dari penjara dia pindah ke kota Haifa. Di sana dia bertemu Syaikh Izzuddin Al-Qassam dan bergabung dengan pasukan yang ia pimpin.

Setelah gugurnya Izzuddin Al-Qassam sebagai syahid, Farhan As-Sa'di diangkat sebagai pimpinan pasukannya.

Walaupun usianya sudah hampir mencapai delapan puluh tahun, dia tetap memimpin pertempuran.

Setelah revolusi tahun 1936,Syaikh Farhan menugaskan beberapa anggota pasukannya agar bersembunyi di samping jalan-jalan. Tujuannya adalah agar mereka bisa menyerang rombongan orang Yahudi yang lewat. Ketika rombongan orang Yahudi yang membawa lima belas mobil berada di jalan Thulkarm yang terletak antara Ambata dan penjara Nur Sams, pasukan yang ia tempatkan langsung menyerang mereka.Penyerang tersebut menyebabkan terbunuhnya dua tentara Yahudi dan seorang lagi menderita luka-luka.

Ketika penjajah Inggris tidak berhasil memadamkan api revolusi yang terjadi pada tahun 1936, mereka mengasingkan para pimpinan Dewan Arab Tertinggi ke pulau Sisyal. Pasukan bentukkan Al-Qassam sangat menolak rencana tersebut. Pada tanggal 26 Juli 1937, mereka berhasil membunuh Andros, seorang komandan pasukan Inggris. Andros adalah merupakan Komandan Inggris yang paling kejam dan sangat belas kasihan terhadap Yahudi. Dia sangat mensuport Yahudi dalam upayanya menguasai wilayah Palestina dan merampasnya dari orang Arab. Dia adalah orang yang mengambil daerah Wadi Al-Hawadits dan memberikannya dengan cuma-cuma kepada orang Yahudi serta mengusir orang Arab dari wilayah tersebut.

Pasukan Inggris melakukan pengejaran terhadap para anggota pasukan yang dibentuk Syaikh Izzuddin Al-Qassam. Dalam pengejaran tersebut, pasukan Inggris berhasil menangkap Syaikh Farhan bersama ketiga temannya.

Pasukan Inggris mengadili syaikh Farhan di Pengadilan Militer yang direkayasa. Pengadilan menuduhnya telah membunuh Jenderal Andros setelah ditemukan sepucuk senjata model lama di rumahnya.

Pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Syaikh Farhan hanya berselang dua hari setelah penangkapannya. Pengadilan terhadapnya berlangsung selama tiga jam.

Syaikh Farhan As-Sa'di menolak untuk berbicara saat persidangan berlangsung. Pembawaannya sangat tenang dan jarang berbicara. Ketika para hakim mengajukan pertanyaan kepadanya, “Apakah Anda telah melakukan sebuah kesalahan?" Dia menjawab, "Saya berlindung kepada Allah untuk melakukan sebuah kesalahan."

Dewan Tertinggi Arab Palestina menghimbau kepada utusan Yahudi agar mau memberi amnesti kepada Syaikh Farhan atau mengundurkan pelaksanaan hukuman mati sampai selesai bulan Ramadhan. Mereka tidak menghiraukan himbauan tersebut dan tetap melaksanakan hukuman mati.

Hukuman gantung terhadapnya dilaksanakan pada tanggal 13 Ramadhan 1356 H yang bertepatan pada tanggal 22 Nopember 1937 M. Penjajah Inggris sedikit pun tidak mempedulikan keadaan syaikh Farhan yang sudah berusia delapan puluh tahun dan dia juga sedang berpuasa.

Setelah kematian Syaikh Farhan,Inggris berharap agar para pengikutnya tidak berani lagi untuk melawan penjajah. Harapan mereka ini sangatlah sia-sia,bahkan kematiannya menjadi malapetaka yang besar bagi mereka. Sosok syaikh Farhan berubah menjadi sebuah simbol perjuangan dan pemicu berkobarnya api revolusi. Hal yang sama juga terjadi pada gurunya syaikh Izzuddin yang menjadi simbol perjuangan api revolusi bagi para pengikutnya.


Abdul Qadir Al-Husaini

Nama lengkapnya adalah Abdul Qadir Musa Kazhim Al-Husaini.

Lahir pada tahun 1908 di kota Quds.

Kuliahnya ia tempuh di Universitas Amerika, Kairo.

Saudara kandungnya yang bernama Haji Amin Al-Ghazali adalah merupakan Mufti Palestina.

Dia mengikuti peperangan melawan penjajahan Inggris di Palestina. Pada tahun 1937, dia mengalami luka-luka yang sangat parah. Kemudian dia dibawa ke Damaskus untuk mendapatkan perawatan. Karena di Damaskus lukanya tidak kunjung sembuh, akhirnya dia dibawa ke Baghdad.

Di Baghdad dia masuk Fakultas Militer.

Revolusi yang dilakukan oleh Rasyid Ali Al-Kilani sangat membekas pada dirinya. Pengaruh dari revolusi tersebut dia selalu mengadakan penyerangan terhadap penjajah Inggris di Irak.Akibat perjuangannya itu, dia pernah dipenjara selama dua tahun lalu dia dibebaskan.

Dia pernah menetap di Hijaz selama delapan belas bulan, tetapi kemudian dia pindah ke Mesir.

Dia adalah Ketua Partai Arab Palestina cabang Quds. Dia juga pernah mengorganisir masyarakat Palestina untuk melakukan mogok besar-besaran selama enam bulan. Pemogokkan yang pernah dia organisir itu tercatat sebagai peristiwa yang terbesar dalam sejarah. Bersama organisasi-organisasi Palestina yang bergerak di bawah tanah,dia membentuk brigade-brigade pasukan gerilyawan yang siap berkorban.Dia menamakan pasukan yang dibentuk dengan nama Pasukan Jihad Suci.

Dia sering bertempur melawan pasukan Yahudi di Palestina. Dia adalah merupakan komandan pasukan Palestina wilayah bagian selatan yang meliputi distrik Quds dan sekitarnya.

Dia pernah melakukan beberapa pengeboman di perkampungan Quds. Dia melakukan penyerangan tersebut dengan sangat cerdik dan rapih.Oleh karena itu, orang-orang Inggris dan Yahudi berkeyakinan bahwa yang melakukan serangan itu bukanlah orang-orang Arab tetapi sukarelawan dari Jerman dan Yugoslavia. Dia pernah melakukan pengeboman terhadap pasukan Yahudi yang dilengkapi dengan tank. Dengan senjata yang ia miliki, dia menyerang pasukan Israel sampai menyerah. Pertempuran tersebut terkenal dengan pertempuran Kafar Isyun. 

Dewan Militer negara Arab sangat tidak menghargai perjuangan Abdul Qadir Al-Husaini dan teman-temannya. Dewan tersebut hanya memberikan 370 poundsterling untuk dibagikan kepada 3.000 pasukan Abdul Qadir. Dewan militer negara Arab juga tidak memberikan bantuan senjata kepada pasukan Abdul Qadir Al-Husaini. Oleh karena itu,dia menuduh dewan tersebut sebagai pihak yang bertanggungjawab atas lepasnya negeri Palestina. Pada tahun 1948, dia mengikuti pertempuran Qistil. Setelah dua hari dia bertempur dan ketika pasukannya sedang mengepung wilayah tersebut, dia gugur sebagai syahid. Kawan-kawannya melihat Abdul Qadir merangkul senjata sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok,sementara darah mengalir dari tubuhnya dengan begitu deras. Abdul Qadir bertanya kepada kawan-kawannya,"Apakah kalian telah berhasil menguasai desa Qistil?” Kawan-kawannya menjawab, “Ya, kami telah berhasil menguasainya." Abdul Qadir berkata, “Segala puji bagi Allah Yang telah membantu kekurangan kami."Setelah dia mengatakan seperti itu, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa gerak. Jenazahnya dikuburkan di samping Masjid Al-Aqsha.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah Farhan As-Sa'di dan Abdul Qadir Al-Husaini"