Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Mahnad Ath-Thahir dan Shalah Syahadah

mahnad ath thahir dan shalah syahadah

Mahnad Ath-Thahir

Mahnad Ath-Thahir lahir pada tahun 1976 di kota Nablus.

Pendidikan dasarnya dia tempuh di sekolah Amr bin Ash. Sedangkan pendidikan tingkat menengah pertama dan menengah atasnya ia tempuh di sekolah Qadri Thuqan. Kemudian dia meneruskan studinya ke Universitas An-Najah Al-Wathaniyah di kota Nablus. Di Universitas tersebut, dia mengambil jurusan Syari'ah Islam.

Ketika berkobar intifadah (perjuangan) masjid pada tanggal 8 Desember 1987, usianya masih sebelas tahun. Dia belajar bagaimana cara melempar batu sampai mahir. Karena kemahirannya dalam melempar batu, teman-temannya merasa iri terhadapnya. Mahnad Ath-Thahir selalu mampu melempar batu dengan tepat ke arah pasukan Israel yang dilengkapi dengan persenjataan yang lengkap.

Pada tahun 1986, dia bergabung dengan kelompok militer yang dibentuk oleh Mahmud Abu Hunud dan Khalil Syarif. Kelompok tersebut berada di bawah organisai pergerakan Hamas. Di dalam kelompok militer tersebut, dia berperan sebagai ahli perakit bom. Orang-orang menjulukinya dengan Pencipta Mati Syahid.

Belum genap setahun dia bergabung dengan kelompok militer tersebut, dia sudah menjadi Insinyur ahli perakit bom yang keempat.Sebelumnya sudah ada tiga orang perakit bom. Mereka adalah Yahya Ayyasy,Adil Iwadullah dan Muhammad Abu Hunud yang telah mendahuluinya mati syahid di jalan Allah.

Karena alasan investigasi, Mahnad Ath-Thahir pernah ditahan oleh Pemerintah Israel selama dua bulan. Kemudian dia dipenjara oleh pemerintah Palestina di penjara Janid selama tiga tahun. Dia dibebaskan setelah berkecamuknya perlawanan Masjid Al-Aqsha yang terjadi pada tanggal 28 September 2000. Perlawanan Masjid Al-Aqsha tersebut terjadi setelah adanya kunjungan Ariel Sharon ke Masjid Al-Aqsha.

Sebelum kematiannya sebagai syahid, selama dua setengah tahun dia menjadi target penangkapan Israel.

Pada hari Ahad tanggal 30 Juni 2002, sekitar jam lima sore pasukan Israel sampai di rumah tempat tinggal Mahnad Ath-Thahir.Kedatangan pasukan Israel adalah untuk menangkapnya. Rumah tempat tinggalnya terletak di perkampungan penduduk yang terletak di sebelah timur laut kota Nablus. Mahnad Ath-Thahir dan teman perjuangannya yaitu Imad Druzah menolak untuk menyerahkan diri. Keduanya melakukan baku tembak dengan pasukan Zionis. Kejadian ini menyebabkan kematian Mahnad Ath-Thahir sebagai syahid bersama temannya.

Menteri Pertahanan Israel Binyamin bin Ili'azir mengadakan jumpa pers pada tanggal 1 Juli 2002. Menteri Pertahanan Israel tersebut, menganggap terbunuhnya Mahnad Ath-Thahir adalah merupakan prestasi yang luar biasa yang diraih oleh pasukan Israel dalam serangannya. Dalam pengejarannya terhadap Mahnad Ath-Thahir, Israel menempatkan pasukannya di berbagai kota tepi barat. Israel menuduhnya bertanggung-jawab atas terbunuhnya 117 orang Yahudi. Mahnad Ath-Thahir adalah merupakan buronan nomor satu dari kelompok pergerakkan Hamas di wilayah Nablus.

Perdana Menteri Israel Ariel Sharon menganggap terbunuhnya Mahnad Ath-Thahir adalah merupakan prioritasnya. Pemerintah Israel menganggap Mahnad Ath-Thahir adalah pemikir dan otak di balik serangkaian kejadian bom bunuh diri di wilayah Israel. Ariel Sharon memprediksi bahwa terbunuhnya Mahnad Ath-Thahir adalah merupakan pukulan yang sangat telak bagi kelompok Hamas. Dia juga menganggap terbunuhnya Mahnad Ath-Thahir adalah kemenangan dan juga sekaligus prestasi yang besar bagi pasukan Israel.

Setelah kematian Mahnad Ath-Thahir dan Imad Druzah, kelompok militer bentukan Izzuddin Al-Qasam mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam pernyataan resmi tersebut mereka mengatakan telah membekali keahlian kepada para pejuang yang jumlahnya mencapai ribuan. Mereka adalah orang-orang yang ikhlas dan siap untuk mati syahid.Tujuan pasukan bentukan Izzuddin melakukan ini adalah agar perlawanan terhadap Israel terus berlangsung dan agar selalu ada regenerasi prajurit yang siap berperang.

Setelah kematian Mahnad Ath-Thahir,ibunya mengatakan bahwa dirinya sedikit pun tidak pernah membayangkan jika anak bungsunya yang pendiam itu berubah menjadi seorang pahlawan yang agung. Dia adalah merupakan sebagian kecil dari orang-orang yang mampu menyebabkan kematian orang Yahudi dalam jumlah yang sangat besar. Ibunya meneruskan perkataannya, bahwa apa yang dia dengar dari pernyataan orang-orang Israel menjadikan rasa bangga tersendiri bagi dirinya. Dia bangga karena telah berhasil mendidik anak-anaknya mencintai tanah air dan mati syahid. Ayah anak-anaknya sudah meninggal dunia lima tahun yang lalu.

Ibunya kemudian berkata, “Berkali-kali saya menyuruhnya menikah agar mendapatkan ketentraman. Dia selalu menolak dengan keras 

  

dan berkata kepadaku, “Saya ingin menikah dengan seorang bidadari di surga yang bermata jelita." Mahnad Ath-Thahir selalu berpesan kepada ibunya agar tidak berteriak karena sedih jika mendengar dirinya gugur sebagai syahid.

Mahnad Ath-Thahir pernah menulis sebuah pesan. Dalam pesannya itu dia berkata, “Kapan saja saya gugur sebagai syahid itu adalah merupakan hadiah bagi Palestina dan Masjid Al-Aqsha yang mulia." Dalam pesannya tersebut dia juga berharap untuk dikuburkan di samping gurunya yaitu syaikh Jamal Manshur. Syaikh Jamal Manshur adalah merupakan salah satu pimpinan Hamas yang gugur sebagai syahid bersama enam orang pada tahun 2001.


Shalah Syahadah

Lahir pada tanggal 4 Februari 1953 di Bait Hanun yang terletak di Jalur Ghaza Bagian Selatan.

Tempat tinggal asalnya adalah Yafa yang terletak di dalam batas wilayah menurut pembagian tahun 1948. Keluarganya menetap di camp (perkemahan) Asy Syathi yang dihuni oleh para pengungsi Palestina.

Pada tahun 1984, Pemerintah Israel menangkap Shalah Syahadah karena dituduh telah mengorganisir pergerakan melawan pendudukan Yahudi. Dia tidak mengakui tuduhan yang dialamatkan kepadanya.Pemerintah Zionis tidak berhasil membuktikan tuduhan tersebut. Walaupun demikian, dia tetap dipenjara selama dua tahun.

Pada tahun 1986, dia dibebaskan oleh pemerintah Israel. Sekeluarnya dari penjara, dia menjabat sebagai Ketua Urusan Mahasiswa di Universitas Islam Ghaza. Dia menduduki jabatannya tersebut sampai pemerintah Israel menutup universitas. Hal ini dilakukan oleh Israel untuk menghentikan perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel yang pertama pada tahun 1987. Namun demikian, dia tetap bekerja di universitas tersebut sampai Israel menangkapnya kembali pada bulan Agustus tahun 1988.

Dia mengakui bertanggungjawab atas semua perlawanan yang dilakukan oleh pasukan militer Hamas. Pasukan militer Hamas sebelumnya dikenal dengan nama Al-Mujahidun Al-Filasthiniyun (Para Pejuang Palestina). 

Al-Mujahidun Al-Filasthiniyun sebelumnya juga dikenal dengan nama Pasukan Izzuddin Al-Qassam.

Investigasi terhadapnya berlangsung selama 200 hari. Tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya adalah,

- Dia harus bertanggungjawab atas perlawanan yang dilakukan oleh kelompok militer Hamas (Al Mujahidun Al Filasthiniyun).

- Dia dituduh menyuruh bawahannya agar menculik dua tentara Yahudi.Dua tentara Yahudi tersebut masing-masing namanya yaitu, Siurki dan Sa'dun.

- Dia dianggap bertanggungjawab terhadap penyerangan Hamas dan Jihad Islami di wilayah Israel bagian utara.

Shalah Syahadah dijatuhi hukuman penjara selama sepuluh tahun. Selain hukuman tersebut, hukumannya ditambah enam bulan penjara karena dia tidak bersedia membayar denda kepada Israel.

Setelah masa tahanannya habis, dia ditahan lagi selama dua puluh bulan dengan alasan hukuman administratif. Dia kemudian dibebaskan pada tanggal 13 Mei 2000.

Walaupun semua kekerasan dan kekejaman yang bertubi-tubi dilakukan oleh Israel terhadap wilayah-wilayah palestina, Dinas Intelejen Israel tidak melihat adanya tanda-tanda jihad akan berakhir. Wilayah Palestina yang paling sering mendapat serangan pasukan Israel adalah wilayah Tepi Barat.Ketika pasukan Israel merasa rencananya tidak menuai hasil. Mereka menempuh cara lain dengan mencari orang-orang yang berada di balik perlawanan rakyat Palestina. Sebelumnya Israel juga telah membunuh semua petinggi Hamas dan menjebloskan sebagian yang lain ke penjara As Sur Al-Waqi. Pasukan Israel kemudian berkesimpulan bahwa Shalah Syahadah adalah orang yang paling bertanggungjawab dalam pasukan bentukan Izzuddin Al-Qassam. Sebelum Shalah Syahadah gugur sebagai syahid, dia adalah orang yang berada di balik semua kejadian bom bunuh diri. Awal perjuangan Shalah Syahadah adalah dengan mengorganisir semua kekuatan Palestina yang ada Tepi Barat, walaupun dia sendiri berasal dari Jalur Ghaza. Mengetahui hal ini Israel langsung mengambil keputusan militer tingkat tinggi untuk membunuh Shalah Syahadah.Bagi pemerintah Israel,yang terpenting adalah Shalah Syahadah terbunuh. Oleh karena itu, Pemerintah Israel tidak peduli walaupun harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Mereka juga tidak peduli walaupun harus membunuh banyak orang dalam usaha pembunuhan terhadap Shalah Syahadah.

Pada sore hari tanggal 22 Juni 2002 sekitar jam dua siang, pesawat-pesawat tempur Israel menyerang desa Ad-Durj di Jalur Ghaza. Pesawat-pesawat tempur Israel tersebut menjatuhkan bom seberat 1.000 kilogram ke rumah Shalah Syahadah. Dalam penyerangan tersebut,Shalah Syahadah bersama istri dan salah satu puterinya gugur sebagai syahid.Total korban yang meninggal dunia dalam pembantaian tersebut berjumlah lima belas orang. Dari sejumlah tersebut,sembilan di antaranya adalah anak-anak.

Mendengar kematian Shalah Syahadah, seluruh orang Israel sangat gembira. Salah sorang koresponden koran Ma'arif berkata, "Shalah Syahadah adalah merupakan orang yang paling berpengaruh yang berhasil dibunuh oleh pasukan Israel sampai sekarang." Panglima angkatan Bersenjata Israel menggambarkannya seperti ikan hiu, bom waktu yang sangat berbahaya dan yang hampir setiap hari membunuh orang Israel.

Sumber-sumber resmi militer Israel menyebutkan bahwa setelah kematian Shalah Syahadah, pergerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel di Jalur Ghaza justru meningkat 300%.

Dua bulan sebelum kematiannya, dia menikah untuk yang kedua kalinya. Istrinya yang kedua berkata, “Saya hidup bersama Shalah Syahadah, seperti saya hidup di masa sahabat Nabi selama dua bulan."

Isterinya itu juga berkata, “Walaupun beban yang begitu berat dalam memimpin pasukan bersenjata Hamas di jalur Ghaza dan selalu mengadakan koordinasi antara militer dan politik dalam Hamas, dia tetap memberikan haknya kepada isteri.Dia selalu meletakkan rasa takut kepada Allah di depan kedua matanya. Dia seperti orang yang sedang berjalan menuju surga. Surga dan neraka seperti berada di depan kedua matanya. Dia selalu mengoreksi niatnya sebelum melangkah.Matanya belum tidur kecuali setelah jam tujuh pagi. Setelah itu,dia tidur kira-kira dua atau tiga jam kemudian bangun untuk sarapan. Kemudian dia duduk dengan santai untuk menerima pembicaraan telepon. Di samping itu, dia juga menjawab surat-surat yang sangat banyak dari para pemuda yang sangat menginginkan mati syahid. Surat-surat yang khusus berkenaan dengan Hamas juga tidak luput dari perhatiannya. Kalau dia merasa capai,dia menghibur dirinya dengan mengajakku bercerita tentang masa lalunya."

Isterinya melanjutkan pembicaraannya, “Suamiku yang gugur sebagai syahid itu, dia selalu berusaha untuk mendanai kelompok Hamas. Dia juga selalu meneliti kemana uang yang digunakan dalam suatu cek. Shalah Syahadah selalu mengawasi pembantunya dengan sangat teliti. Suatu saat dia mendapatkan peluru di rumahnya jatuh ke tanah.Melihat demikian dia sangat marah dan segera mengambilnya sambil berkata, "Orang yang meremehkan sesuatu yang sepele, sangat dimungkinkan orang tersebut juga meremehkan sesuatu yang besar."

Ketika isteri Shalah Syahadah memintanya untuk lebih waspada dan lebih berhati-hati, dia menjawab, “Saya berusaha untuk menggunakan semua waktu dalam hidupku dengan semaksimal mungkin. Hari-hari dalam hidupku sangat banyak. Saya sangat mendambakan untuk bertemu dengan Tuhanku dalam keadaan Dia ridha kepadaku. Mati syahid bagiku itu lebih ringan dibanding dari perbuatan seseorang yang mengambil air untuk diminum."

Shalah Syahadah berkata, “Saya telah mengantarkan banyak sekali dari para syuhada. Mereka adalah pemuda-pemuda pilihan dari Hamas. Mereka telah mendahuluiku masuk surga. Ketika saya mengantar jenazah mereka, saya hampir mencium kaki salah satu di antara mereka. Saya berharap dia menyampaikan salamku kepada para sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar dan Umar. Saya berdo'a semoga Allah mengumpulkanku dan para syuhada Palestina bersama sahabat Rasulullah." 

Shalah Syahadah  (semoga Allah memberikan rahmat kepa-danya), merasa bahwa kematiannya semakin dekat. Dia merasa kalau dirinya akan mati syahid di dalam rumahnya. Dia berkeyakinan bahwa dia akan meninggal pada hari selasa. Artinya, satu hari setelah keyakinan tersebut.

Dia menulis pesan, “Jasadku sebisa mungkin dikuburkan di samping orang-orang yang shaleh. Di atas kuburanku jangan sampai dibangun batu nisan. Kalau saya terbunuh sebagai syahid, janganlah ditulis nama syahid di atas kuburanku. Allah itu lebih tahu terhadap hamba-hamba-Nya."

Dia juga menulis pesan, “Saya berharap semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepadaku dan kepada kalian. Sampai jumpa di hadapan Tuhan Yang Maha Pengampun, Maha Mulia. Semoga semua terjadi dengan izin-Nya."

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah Mahnad Ath-Thahir dan Shalah Syahadah"