Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Muhammad bin Abdul Wahhab dan Jamaluddin Al-Afghani

muhammad bin abdul wahhab dan jamaluddin al-afghani

Muhammad bin Abdul Wahhab

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman At Tamimi An-Najdi.

Lahir pada tahun 1115 H di Najdah.

Muhammad bin Abdul Wahhab hafal Al-Qur'an.

Dia adalah seorang yang sangat cerdas, ingatannya sangat kuat, dan senang membaca serta mengajar kaumnya.

Dia mempelajari fiqih mazhab Hambali, hadits dan tafsir.

Dia pernah mengunjungi wilayah Hijaz, Madinah Al-Munawarah dan negara-negara Syam.

Dalam kunjungan Muhammad bin Abdul Wahhab ke wilayah-wilayah tersebut, dia belajar dari para ulama-ulamanya.

Ketika dia mengunjungi Bashrah, penduduk setempat menghalangi dakwahnya. Penduduk Bashrah memusuhi Muhammad bin Abdul Wahhab karena dia melarang mereka untuk mengagung-agungkan kuburan.

Dia tinggal di Harima. Namun setelah ayahnya menjabat sebagai hakim di Uyainah, dia pindah ke sana.

Pada tahun 1143 H,dia mulai menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan.

Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab adalah mengajak orang agar mengamalkan tauhid dengan murni, menghilangkan segala macam bid'ah dan membuang segala bentuk khurafat yang dikait-kaitkan dengan Islam.

Di antara pokok-pokok dakwahnya adalah, pintu ijtihad harus dibuka lagi,mencari solusi tepat dalam berbagai permasalahan kemasyarakatan dari sumbernya yang asli yaitu Al-Qur'an, Sunnah, dan ijma' yang dilakukan oleh umat Islam atas hukum tertentu. Ijma' yang mereka maksud adalah ijma' yang dilakukan umat Islam dari masa Nabi Muhammad sampai sampai abad ketiga Hijriyah. Muhammad bin Abdul Wahhab juga mengajak orang untuk tidak terikat dengan mazhab tertentu. Oleh karena itu, setiap hakim dianjurkan untuk mengambil pendapat dari mazhab mana saja yang dianggap lebih dekat kepada Al-Qur'an dan Sunnah. Di samping itu, dia juga mengajak orang Arab untuk memainkan peran yang dominan dalam menyampaikan dakwah.

Sebagian orang menerima dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab dan sebagian yang lain menolaknya. Bersama para pengikutnya, Muhammad bin Abdul Wahhab melaksanakan dakwahnya. Dia menebangpohon-pohon yang dianggap mempunyai berkah dan dijadikan sarana untuk mendekat kepada Allah. dengan mengunjunginya. Dia juga merobohkan kubah yang terdapat di atas kuburannya Zaid bin Al-Khathab. Dia melakukan demikian untuk menghilangkan kepercayaan mereka. Kepercayaan mereka adalah bahwa orang-orang yang sudah mati bisa menyembuhkan penyakit, mendatangkan rezeqi dan menolak bala.

Awalnya Gubernur Uyainah yaitu Utsman Ibn Hamad bin Mu'amar mengikuti dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab dan membantu perjuangannya tetapi kemudian dia meninggalkannya.

Pada tahun 1157 H, Muhammad bin Abdul Wahhab pergi ke Ad-Dar'iyyah di Najd. Gubernur wilayah tersebut menerima dan membantu dakwahnya. Setelah kematian gubernur tersebut, putera-puteranya juga membantu dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab dan berperang bersamanya.

Dia memerangi segala bentuk bid'ah dalam Islam. Bentuk-bentuk bid'ah yang diperangi oleh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah bid'ah dalam bentuk berkumpul dengan membaca sya'ir-sya'ir pujian kepada Nabi Muhammadyang berlebihan, mengadakan perayaan dalam berziarah, seorang wanita mengantar jenazah, melaksanakan dzikir yang diiringi dengan tarian dan nyanyian, mendirikan bangunan di atas kuburan dan menutupnya dengan kain, tawassul dengan para Nabi dan wali,karena ibadah dan do'a itu hanya ditujukan kepada Allah saja.

Wilayah kekuasaan Raja Saudi semakin luas. Mereka berhasil menguasai Jazirah Arabia Bagian Timur, Makkah, Madinah, beberapa suku yang berada di Hijaz dan sebagian wilayah Yaman dan Syam.

Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan pelopor bagi para tokoh-tokoh modern di dunia Islam. Banyak sekali tokoh-tokoh Islam yang muncul setelahnya. Tokoh-tokoh tersebut adalah Al-Afghani, Muhammad Abduh, Al-Qasimi, Amir Ali dan para pembaharu serta para da'i yang lain.

Awalnya para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal dengan julukan Al-Muwahhidun (orang-orangyang bertauhid), tetapi kemudian sebagian orang menjuluki pengikutnya dengan orang-orang Wahabi.

Di antara karangan-karangannya adalah Al-Amru bi Al-Ma'ruf wa An-Nahyu an Al-Munkar, Kitab At-Tauhid dan Kasf Asy-Syubhat.

Dia meninggal dunia di Ad-Dar'iyyah pada tahun 1206 H.


Jamaluddin Al-Afghani

Namanya lengkapnya adalah Muhammad bin Shafdar Al-Husaini.

Julukannya adalah Jamaluddin. Sedangkan nama Afghani adalah karena dia berasal dari Afghanistan.

Lahir pada tahun 1838 M di As'ad Abad, Afghanistan.

Masa kecil Jamaluddin Al-Afghani tinggal di Kabul. Dia mempelajari ilmu-ilmu aqli dan naqli. Jamaluddin Al-Afghani juga mahir dalam bidang Matematika.

Dia belajar dengan menggunakan dua bahasa pengantar yaitu bahasa Arab dan bahasa Persi. Penggunaan dua bahasa pengantar tersebut adalah merupakan tradisi ulama dan para pejabat waktu itu.

Jamaluddin Al-Afghani berasal dari keturunan yang terhormat. Nenek moyangnya adalah merupakan raja-raja di berbagai wilayah di Afghanistan.

Dia adalah pengikut sebuah tarekat sufi. Jamaluddin Al-Afghani orangnya sangat zuhud dan tidak mau menikah.

Jamaluddin Al-Afghani mengunjungi berbagai negara untuk mencari ilmu. Negara-negara yang pernah dia kunjungi adalah India,Hijaz, Makkah,Iran dan Istambul.

Dia adalah merupakan Perdana Menteri pada masa Raja Muhammad A'zham Khan.

Pada tahun 1885 M,Jamaluddin Al-Afghani menjabat sebagai Pengawas Urusan Perang di Iran.

Dia adalah merupakan anggota Dewan Keilmuan di Istanah (Turki).

Dia menguasai bahasa Afghanistan, Persi,Arab, Turki, Perancis, Inggris, Rusia dan Sansekerta.

Dakwahnya bertujuan untuk mempersatukan umat Islam. Jamaluddin Al-Afghani juga menginginkan agar umat Islam di berbagai penjuru dunia Islam berada dalam satu kekhilafahan yang besar.

Dia selalu memerangi musuh-musuh Islam. Musuh-musuh Islam yang ia perangi adalah penjajah Inggris dan Perancis, sekte Al-Babiyah, Al Mu'ammadiyah dan Ad-Dahriyah. Sekte-sekte tersebut berpendapat bahwa pintu ijtihad itu sudah tertutup. Selain itu dia juga memerangi orang-orang yang menginginkan dihapuskannya bahasa Al-Qur'an, orang-orang yang mengajak kepada westernisasi dan para penguasa serta para ulama yang tidak melawan musuh-musuh Islam.

Dia pernah berkunjung di Mesir. Di sana dia mengecam penjajahan Inggris dan menyerukan adanya pembaharuan dalam bidang agama dan politik. Di samping itu, di Mesir Jamaluddin Al-Afghani juga mengajar dan berceramah kepada masyarakat. Tujuan Jamaluddin Al-Afghani melakukan demikian adalah untuk menyatukan pandangan umat Islam dan memperluas cakrawala mereka.

Dalam dakwahnya, Jamaluddin Al-Afghani mengajak manusia agar melakukan pembaharuan, selalu terbuka, kembali kepada Islam yang benar dan memberikan hak politik kepada rakyat.

Dia pernah ditangkap dan diasingkan dari Iran ke Mesir dan India.

Dia memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang keilmuan kuno dan modern.

Jamaluddin Al-Afghani menyampaikan dakwahnya kepada para raja dan para penguasa. Dia menyampaikan dakwahnya dengan sangat berani dan tegas.

Dia pergi ke berbagai negara untuk menyampaikan dakwahnya. Negara-negara yang pernah dikunjungi oleh Jamaluddin Al-Afghani adalah Paris, Rusia, Jerman, Iran, Istanah dan India.

Para ulama dan para pembaharu selalu mengikuti Jamaluddin Al-Afghani kemanapun dia pergi.

Syah Iran pernah mengundang Jamaluddin Al-Afghani untuk datang ke negaranya. Jamaluddin Al-Afghani memenuhi undangan Syah Iran,tetapi sesampainya di sana Syah Iran tidak memberikan kepada Jamaluddin Al-Afghani kebebasan dalam berdakwah. Di Iran dia tinggal di salah satu masjid yang ada di sana selama tujuh bulan. Selama dia tinggal di masjid, dia menulis artikel-artikeInya di koran-koran.Artikel-artikel Jamaluddin Al-Afghani memuat tentang kejelekan Syah dan mengajak masyarakat untuk menurunkannya. Dia kemudian pergi dari Iran menuju Eropa. Sesampainya di kota London,Sultan Abdul Hamid mengundangnya agar datang ke Istanah.

Bersama murid dan sekaligus temannya yaitu syaikh Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani menerbitkan majalah Al-Urwah Al-Wutsqa di Paris dan majalah Dhiya Al-Khofiqin di London.

Dia adalah seorang ahli pidato yang berbicara dengan sangat fasih.

Jamaluddin Al-Afghani menulis artikel dalam berbagai disiplin ilmu.Di samping itu, Jamaluddin Al-Afghani juga menulis beberapa penelitian. Dia bergabung dalam kepengurusan berbagai majalah dan koran seperti koran Mesir yang diterbitkan oleh Adib Ishaq.

Muhammad Basya Al Makhzumi menulis sebuah buku yang berjudul Khotiratu Jamaluddin Al-Afghani. Buku karangan Muhammad Basya Al Maghzumi tersebut memuat beberapa ide-ide Jamaluddin Al-Afghani. Muhammad Abu Rayyah juga menulis sebuah buku yang berjudul Jamaluddin Al-Afghani. 

Bersama umat Islam yang berasal dari India, Mesir, Suria, negara-negara Afrika, Jamaluddin Al-Afghani mendirikan sebuah organisasi yang bernama Al-Manar.

Di antara-antara karangan Jamaluddin Al-Afghani adalah Ar-Raddu 'ala Ad-Dahriyin. Buku tersebut adalah merupakan buku terjemahan ke dalam bahasa Arab. Yang menerjemahkan buku tersebut ke dalam bahasa Arab adalah Muhammad Abduh.

Ketika Jamaluddin Al-Afgani berada di Istanah, dia menderita penyakit kanker pada salah satu tulang rahangnya. Pada tahun 1897 M, Jamaluddin Al-Afghani meninggal dunia di Istanah.Pada tahun 1945 jenazahnya dipindah ke negeri asalnya.

Dia mendirikan organisasi Umul Qura. Tujuan Jamaluddin Al-Afghani mendirikan organisasi tersebut adalah agar umat Islam dapat memilih seorang khalifah yang akan memimpin dunia Islam. Hanya saja Sultan Abdul Hamid membubarkan organisasi tersebut.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah Muhammad bin Abdul Wahhab dan Jamaluddin Al-Afghani"