Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Qadhi Iyadh, Muhammad Abu Zahrah dan Abdullah bin Mubarak

qadhi iyadh muhammad abu zahrah dan abdullah bin mubarak

Qadhi Iyadh

Namanya lyadh bin Musa bin lyadh bin Amru Yahshabi as-Sabati, dan biasa dipanggil Abu Fadhal. Dilahirkan di Sibtah Maroko pada tahun 476 H. yang termasuk jajaran ulama besar Maroko dan Andalusia, serta imam ahli Hadits pada zamannya. Dia seorang penyair yang ternama dan penceramah yang terkenal, menjabat sebagai hakim di Sibtah kemudian di Gharnathah.

Karya-karyanya antara Iain: Asyifa bi Ta'rif Huquqi al-Mushtafa dan Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalikfi Ma'rifati A 'lami madzhabi Imam Malik. Dia belajar kepada ratusan guru, murid-muridnya antara Iain: Abu Ja'far al-Gharnathi, Khalaf bin Basykuali dan Abdullah Asyyari. Dia wafat di Marakis pada tahun 544 H karena diracuni oleh orang Yahudi. Imam Mukri mengarang biografinya dalam kitab Azharu ar-Riyadh fi Akhbari al-Qadhi lyadh.


Muhammad Abu Zahrah

Nama lengkapnya Muhammad Ahmad Musthafa Abu Zahrah dilahirkan di Mahlah Mesir pada tahun 1898 M. sempat mengenyam pendidikan di Universitas Al-Ahmadi Thantha. Dia menghafal Al-Qur'an dan mempelajari ilmu hukum di Sekolah Pengadilan Islam, serta mengajar ilmu hukum Islam dan hukum adat Arab selama tiga tahun. Mengajar di Madrasah Aliyah selama dua setengah tahun dan mengawali penulisan ilmiyah pada fakultas Usuluddin. Ditunjuk sebagai dosen pengajar strata dua Universitas, dan sebagai anggota Majelis Tinggi dalam kajian ilmiyah. Menjabat sebagai Wakil Dekan fakultas hukum di Universitas Al-Azhar, dan wakil dewan pendiri fakultas studi Islam.

Menerbitkan empat puluh buku karangannya antara lain: Al-Khitabah, Usul al-fikh, al-Wahdatu al-lslamiyah, Tandzimu al-lslam li al-Mujtama', dan lainnya. Dia juga orang pertama yang memisahkan jurusan hukum Islam dari fakultas hukum di Universitas Cairo. Pendek kata dia seorang yang pandai, pemberani, ahli fikih dan mujtahid, maka Presiden Mesir Jamal Abdu Naser mengeluarkan surat penghargaan atas jasanya dalam pengajaran, seminar dan khalqah ubudiyah yang dipublikasikan melalui media massa baik cetak maupun elektronik.

Presiden juga mengadakan seminar dengan tema "Peran serta Islam" di dalamnya Abu Zahrah sebagai nara sumber menyampaikan ceramah: "Sesungguhnya kita ulama yang memahami hukum Allah. Dalam mensikapi problematika negara dan rakyat, di sini kita dituntut untuk dapat memberikan solusi yang tepat. Dan bagi presiden dan jajarannya untuk berjalan sesuai hukum yang ada." Di Kairo pada tahun 1974 M. dia dipanggil ke rahmatullah.


Abdullah bin Mubarak

Namanya Abdullah bin Mubarak bin Wadhih Hanzhali, biasa dipanggil Abu Abdurrahman yang diberi gelar Syaikh İslam, Amir Zaman dan Amir al-Atqiya. Dilahirkan pada tahun 118 H. bapaknya seorang berkebangsaan Turki budak dari orang kaya di Hamadan, sedang ibunya dari Khawarzamiyah. Dia termasuk generasi tabi'i tabi'in yang pergi haji dan berperang selama setahun.

Masa hidupnya dimanfaatkan untuk haji, berdagang, bertafakur, berperang dan mencari berbagai ilmu, diantaranya fikih, adab, nahwu, bahasa, zuhud, sya'ir dan kefasihan lisan. Hadits-hadits dalam Kutub as-Sitah diriwayatkan darinya, dan gurunya mencapai 4000 syaikh, diantaranya: Sulaiman Taimi, Ashim Akhul, A'mas, Malik, Al-Laits, Abu Hanifah, Auza'i, İbnu Uyainah dan Sya'bah. Dia orang pertama kali yang mengajak jihad di bidang penulisan bükü, hal ini tertuang dalam karyanya al-]ihad. Disamping mengikuti peperangan, dia juga seorang juru runding dengan Tharthus. Diantara murid-muridnya: Ma'mar, Sufyan Tsauri, Yahya Kathan dan Ibu Mu'ayan.

Kata-katanya: "Berapa banyak perbuatan kecil menjadi beşar karena niatnya, dan berapa banyak perbuatan beşar menjadi kecil karena niatnya. Barangsiapa dekat dengan ulama, maka akhiratnya terjaga, barangsiapa dekat dengan pejabat maka dunianya terjamin dan barangsiapa dekat dengan teman maka kehormatannya terpenuhi.”

Dikisahkan seorang ahli ibadah namanya Fudhail bin Iyadh, dia beriktikaf di masjid Haram dan menjauh dari medan perang, maka İbnu Mubarak melayangkan surat untuknya sebagai berikut:

Hai orang yang tafakur di Masjid Haram kalau kamu melihat kami, maka kamu akan mengetahui bahwa kamu bermain-main dengan ibadah.

Seseorang mencucurkan air mata, sedang kami bersimbah darah Atau kuda kendaraannya kelelahan di waktu sore mencari penghidupan

Kuda kendaraan kami di pagi hari kelelahan mencari ridha Allah

Aroma parfum kaljan harum semerbak, namun debu di tubuh kami lebih wangi

Telah datang kepada kami sabda Nabi yang sahih tanpa dusta Tidaklah sama debu peperangan menyumbat hidung seseorang dengan jilatan api neraka

Kitab Allah ini berkata tanpa dusta diantara kita

Tidaklah mati seseorang yang gugur di medan laga.

Ketika membaca surat ini Fudhail menangis dan berkata: ”Benar nasehatmu wahai Abu Abdurrahman.”


Diantara sya'irnya yang lain:

Saya melihat dosa-dosa telah membungkam hati dan mewariskan kejahatan

Tingga/kan dosa maka hiduplah hati dan sebaiknya kamu menyesalinya

Apakah agama ini akan punah sedang kerajaan tidak

Ini berita buruk yang pernah kudengar

Kekeringan melanda sebuah kaum karena kurangnya sentuhan Illahi

Diantara karyanya adalah: As-Sunan, At-Tafsir, At- Tarikh dan Az-Zuhd. Dia wafat di Hayat dekat Sungai Fart di Irak, sepulang dari jihad menjadi juru runding dengan Tharthus setelah perang dengan Rum pada tahun 181 H.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah Qadhi Iyadh, Muhammad Abu Zahrah dan Abdullah bin Mubarak"