Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sulaiman Al-Halabi dan Yusuf Al-Azhamah

sulaiman al halabi dan yusuf al azhamah

Sulaiman Al-Halabi

Nama lengkapnya adalah Sulaiman Muhammad Amin Al-Halabi.

Lahir di Halab, Suria pada tahun 1777 M.

Dia menetap di Kairo selama tiga tahun. Selama menetap di Mesir dia belajar di Al-Azhar, kemudian dia kembali ke Halab sebagai notulen.

Dia menunaikan ibadah haji sebanyak dua kali dan dia juga mengunjungi kota Quds dan Ghaza.

Sekembalinya Napoleon Bonaparte dari Mesir, dia berjanji di depan pasukan Utsmani bahwa dia akan membunuh Kliber, seorang komandan pasukan Perancis dan yang ditunjuk sebagai penguasa Perancis di Mesir.

Dia pernah membawa beberapa surat dari para ulama Ghaza yang ditujukan kepada para ulama Al-Azhar. Dalam surat tersebut para ulama Ghaza meminta mereka agar bersedia membantunya.

Sulaiman Al-Halabi menetap di Mesir selama 5 bulan. Selama dia menetap di sana, sekitar satu bulan dia menempati sebuah rumah yang berdampingan dengan Universitas Al-Azhar.

Sulaiman Al-Halabi berjalan mengikuti Kliber sampai dia dapat mengetahuinya dengan jelas. Dia berjalan di sebuah taman yang berada di samping rumahnya di Uzbekia. Kemudian dia menyusup ke dalam taman dan berjalan menuju ke arah Kliber. Dia berpura-pura masuk ke taman agar dikira oleh Kliber bahwa dia ingin buang hajat. Setelah jarak Kliber dengan dirinya sudah sangat dekat, dia mengulurkan tangan kirinya seakan mau mencium tangan Kliber.

Kemudian Kliber mengulurkan tangan kepadanya, Sulaiman Al-Halabi langsung merangkulnya dan menusuknya dengan tombak- yang sudah ia persiapkan di tangan kanannya - sebanyak empat kali berturut-turut. Setelah itu ia menusuk perut Kliber dan Kliber pun jatuh dengan berteriak-teriak kesakitan.

Pengadilan militer Perancis menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Pada saat pelaksanaan hukuman kepadanya, dia disalib di tiang gantungan. Sebelum dilaksanakan hukuman, tangan kanannya dibakar dan dia diiming-imingi makanan agar mau keluar dari agama Islam.

Pelaksanaan hukum mati terhadapnya dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 1800 M di pegunungan Al-Aqarib. Usianya saat itu baru mencapai 24 tahun.

Kepalanya digantung bersama 3 kepala ulama Al-Azhar lainnya-yang belum dihukum gantung oleh penjajah Perancis. Tiga ulama tersebut adalah syaikh Abdullah Al-Ghazi, Muhammad Al-Ghazi dan Ahmad Waly.

Pemerintah Perancis mengabadikan tulang tengkoraknya di sebuah kebun binatang dan tumbuh-tumbuhan yang terletak di kota Paris. Mereka juga mengabadikan tempurung kepalanya di sebuah ruang operasi pada sekolah Kedokteran di kota Paris.

Tombak yang ia gunakan untuk menusuk Kliber juga masih tersimpan di kota Krakson, Perancis.


Yusuf Al-Azhamah

Nama lengkapnya adalah Yusuf Ibrahim Abdurrahman Al-Azhamah.

Dia lahir di Damaskus pada tahun 1884 M/1301 H.

Yusuf Al-Azhamah sekolah di Damaskus dan menyelesaikan pendidikannya di sekolah militer yang ada di Istanah. Dia lulus dengan mendapatkan gelar Yuzabasyi.

Dia menguasai bahasa Arab, Turki, Perancis, Jerman dan sedikit bahasa Inggris.

Dia diangkat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Dinasti Utsmani untuk wilayah Bulgaria, Austria dan Rumania. 

Sekembalinya Yusuf Al Azhamah ke Istanah (Turbi- Edt), dia diangkat sebagai notulen bagi delegasi dinasti Utsmani di Mesir. Setelah itu, dia juga diangkat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Dinasti Utsmani di Qafqasia.Setelah berakhirnya perang dunia, dia kembali ke Damaskus.

Pada tahun 1920, Raja Faishal menunjuknya sebagai menteri urusan perang. Dia membentuk pasukan di Suria yang jumlahnya mencapai 10.000 prajurit.

Dia adalah merupakan satu-satunya menteri yang berada di bawah pimpinan Raja Suria yaitu Faishal yang menolak untuk menyerahkan beberapa wilayah ke penjajah Perancis. Dan dia juga menolak demobilisasi tentara.

YusufAl-Azhamah menyampaikan kepada masyarakat bahwa dia akan membuat front militer. Bersama pejuang sukarela dan sejumlah 1.200 tentara dari beberapa suku-suku, dia membawa senjata apa adanya.

Strateginya dalam mempertahankan kota adalah dengan mendirikan beberapa benteng di sekitar desa Majdal Anjar. Dia juga memasang beberapa ranjau di Wadi Al-Qarn, tetapi sayangnya ranjau-ranjau tersebut tidak meledak.

Pasukan Perancis di bawah pimpinan Jenderal Ghoro berangkat menuju jalur Milson. Dari atas sebuah pegunungan, YusufAl-Azhamah mengawasi pertempuran antara pasukan Perancis dengan pasukan sukarelawannya. Dia bersikeras untuk tidak mundur dan terus maju meneruskan jihad melawan musuh. Dia berkata, “Wahai para musuh, kalian tidak mungkin bisa melewati kami, kecuali jika kalian melewati dahulu mayat-mayat kami."Dengan senjata yang dimiliki, ia terus melepaskan tembakan ke segala arah. Dia mati syahid disebabkan terkena ledakan bom dan jenazahnya dikuburkan di Makkah pada tahun 1920.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah Sulaiman Al-Halabi dan Yusuf Al-Azhamah"