Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Thawus dan Wahb bin Munabbih

thawus dan wahb bin munabbih

Thawus

Nama lengkapnya Thawus bin Kaisan Al-Khaulani Al-Hamadani, biasa dipanggil Abu Abd Ar-Rahman. Ia dilahirkan di Yaman tahun 33 H. Ia berasal dari keturunan Persia.

Ia pernah bertemu dengan 50 orang sahabat Nabi.

Ia termasuk ulama dan mufti wilayah Yaman, dan termasuk perawi hadits yang terkenal tsiqah. Hadits-hadits riwayatnya diriwayatkan oleh pengarang Kutub As-Sittah.

Ia menjalani hidup dengan sederhana dan zuhud.

Ia melakukan ibadah haji sebanyak 40 kali.

Ia tidak pernah tidur di waktu sahur sampai meninggal. Ia pernah berkata, “Aku tidak suka melihat orang yang tidur di waktu sahur."

Ia tidak suka mencari muka di hadapan para raja dan gubernur. Ia adalah orang yang terkenal berani menasehati para penguasa.

Ibn 'Uyainah pernah berkata, “Ada tiga orang yang tidak suka mencari muka di hadapan para penguasa, yakni, Abu Dzar, Thawus, dan Ats-Tsauri."

Ia pernah berkata, “Tidak sempurna ibadah seorang pemuda hingga ia menikah."

Ia meriwayatkan hadits dari Zaid bin Tsabit, Abu Hurairah, Zaid bin Al-Arqam, Ibnu Abbas, dan lainnya.

Di antara perawi yang meriwayatkan hadits darinya adalah 'Atha', Mujahid,Az-Zuhri, dan lainnya.

Ia meninggal di Makkah saat menjalankan ibadah haji tahun 106 H.


Wahb bin Munabbih

Nama lengkapnya Wahb bin Munabbih bin Kamil bin Saij bin Dzi Kibar, biasa dipanggil Abu Abdillah. Ia lahir tahun 34H.

Para ulama hadits menyatakan bahwa Wahb termasuk perawi yang tsiqah.

Ia pernah menjabat sebagai hakim di lembaga pengadilan Shan'a, Yaman.

Ia tidak pernah tidur di atas kasur selama 40 tahun. Ia selalu shalat subuh dengan wudhu' yang digunakan untuk shalat isya selama 20 tahun.

Jika mengerjakan shalat malam, ia selalu mengucapkan, “Bagi-Mu pujian yang abadi, pujian yang tak terhingga, pujian yang tidak terputus oleh masa,hanya Engkau yang pantas kami puji, dan Engkau-lah dzat yang berhak kami puji." 

Ia pernah mengatakan, “Ilmu adalah kekasih seorang mukmin, murah hati sebagai pembantunya, akal sebagai petunjuk jalannya, amal sebagai pengawalnya, sabar sebagai panglima tentaranya, lemah lembut sebagai ayahnya, dan keramahan sebagai saudaranya."

Ia juga pernah mengatakan, "Jika Anda mendengar ada orang yang memujimu atas apa yang tidak ada pada dirimu (tidak proporsional), maka jangan heran kalau dia akan mencelamu atas cela yang tidak ada pada dirimu."

Selanjutnya ia mengatakan, “Seorang mukmin mengamati sesuatu agar ia tahu, berbicara agar ia paham, diam agar ia bebas dari kesalahan, dan menyepi agar ia dapat melantunkan dzikir."

Ia meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Nu'man bin Basyir,Thawus, dan lainnya.

Di antara perawi yang meriwayatkan hadits darinya adalah Amr bin Dinar,Shaleh bin Ubayd, Mundzir bin Nu'man, dan lainnya.

Ia meninggal tahun 110 H.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah Thawus dan Wahb bin Munabbih"