Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Umar At-Tilmisani dan Abu An-Nasr

umar at til misani dan abu an nasr

Umar At-Tilmisani

• Nama lengkapnya adalah Umar Abdul Fattah Abdul Qadir Mushthafa At-Tilmisani.

• Umar At-Tilmisani asalnya dari Aljazair. Kakeknya pindah ke Mesir ketika Perancis menjajah Aljazair.

• Dia lahir pada tahun 1904 M di kota Kairo, Mesir.

• Dia adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Kairo dan berprofesi sebagai pengacara.

• Setamatnya dari Fakultas Hukum, dia mendirikan Kantor Pengacara di Syibin Al Qanathir.

• Dia menikah pada usia dua puluh tahun dan isterinya meninggal dunia pada tahun 1979 M.

• Pada masa penjajahan Inggris, Umar At-Tilmisani adalah merupakan anggota Partai Delegasi. Saat itu dia juga termasuk tokoh perjuangan yang melawan penjajah Inggris.

• Pada tahun 1933 M, dia melakukan bai'at kepada Hasan Al-Banna dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.

• Umar At-Tilmisani adalah merupakan pengacara pertama yang bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.

• Dalam Ikhwanul Muslimin, dia termasuk orang-orang yang dekat dengan Hasan Al-Banna. Kemana pun Hasan Al-Banna pergi, Umar At-Tilmisani selalu bersamanya. Dia juga sering meminta pendapat kepada Hasan Al-Banna dalam banyak masalah.

• Presiden Jamai Abdul Nasser menjatuhkan hukuman penjara kepadanya selama lima belas tahun. Akan tetapi, dia hanya dipenjara selama dua tahun di Liman Thurah. Di dalam penjara dia mendapatkan siksaan yang sangat keras.

• Pada tahun 1973 M, dia menjabat sebagai Ketua Umum Ikhwanul Muslimin.

• Orang-orang yang pernah berkenalan dan bergaul dengan Umar AtTilmisani selalu mempunyai kesan yang baik terhadap dirinya. Jiwanya sangat bersih, nuraninya sangat jernih, tutur katanya lemah lembut, penampilannya sangat sopan dan dalam bertetangga dan berdebat dia sangat santun. Umar At-Tilmisani bercerita tentang dirinya, "Sifat kasar bukanlah merupakan akhlakku, saya tidak pernah berniat untuk menzhalimi siapa pun. Oleh karena itu, saya merasa tidak memiliki musuh pribadi. Kecuali, apabila saya memusuhi seseorang dalam rangka mempertahankan kebenaran atau mengajak orang untuk mengamalkan Kitab-Nya atau memang kesalahan terdapat pada musuh bukan ada pada diriku. Saya berjanji kepada diriku untuk tidak akan menggunakan kata-kata yang kasar kepada orang lain walaupun dia adalah musuhku dalam politik dan telah menyakitiku. Oleh karena itu, antara diriku dengan orang lain belum pernah terjadi pertengkaran pribadi."

• Dalam suatu pidato terbuka yang disampaikan oleh Presiden Anwar Sadat di kota Isma'iliyah dan disiarkan langsung oleh radio dan televisi. Ustadz Umar At-Tilmisani mendapatkan undangan untuk menghadiri acara tersebut. Dalam pidato tersebut, Presiden Anwar Sadar menuduh Ikhwanul Muslimin melakukan penghasutan sekte dan beberapa tuduhan lain yang tidak berdasar. Menanggapi pernyataan tersebut, Umar At-Tilmisani berdiri dengan tegar untuk menjawab tuduhantuduhan Anwar Sadat. Umar At-Tilmisani berkata, "Yang seharusnya saya lakukan untuk melawan kezhaliman terhadap diriku adalah dengan mengadukan pelakunya kepadamu (Anwar Sadat). Saya menganggap dirimu adalah sebagai tempat mengadu yang kedua setelah Allah. Sekarang saya menerima kezhaliman darimu, saya tidak mengadukan kezhaliman itu kecuali kepada Allah." Begitu mendengar jawaban Umar At-Tilmisani, Anwar Sadat langsung merasa takut dan panik. Anwar Sadat memohon Umar At-Tilmisani untuk menarik pernyataannya. Umar At-Tilmisani dengan tegar, sopan, dan lemah lembut menjawab permintaan Anwar Sadar, "Saya tidak mengadukanmu kepada yang berbuat zhalim, tetapi saya mengadukanmu kepada Dzat Yang Maha Adil dan Mengetahui apa yang saya ucapkan."

 Dia adalah merupakan pimpinan umum Ikhwanul Muslimin yang ketiga setelah Hasan Al-Hudhaibi.

 Sosok Umar At-Tilmisani sangat berpengaruh bagi para pemuda. Menteri Dalam Negeri dan beberapa pejabat keamanan Mesir pernah memintanya untuk meredakan suatu demonstrasi yang dilaksanakan di Perguruan Tinggi dan kejadian kekerasan Az Zawiyah Al Hamra dan lain-lain. Setiap kali Umar At-Tilmisani diminta oleh pemerintah untuk meredakan keadaan, dia selalu menerimanya.

 Pada tahun 1982, para wartawan Uni Emirat Arab mengadakan seminar yang dihadiri oleh Umar At-Tilmisani yang saat itu menjabat sebagai pimpinan Ikhwanul Muslimin. Seminar tersebut dilaksanakan setelah adanya penangkapan besar-besaran yang sangat histeris terhadap anggota Ikhwanul Muslimin yang dilakukan oleh Presiden Anwar Sadat. Salah seorang wartawan bertanya kepadanya, "Apa komentar Anda tentang para penguasa Mesir dan perjanjian Camp David?"

Umar At-Tilmisani menjawab, "Saya sampaikan kepada saudara penanya, bahwa kedatangan saya ke sini adalah bukan untuk mengkritik para pemimpin kami. Sikap kami terhadap para penguasa adalah seperti apa yang kami telah sampaikan dengan tegas dan jelas sebagaimana telah dimuat oleh lembaran-lembaran koran dan majalah yang terbit di Mesir."

 Di antara ucapan-ucapan Umar At-Tilmisani yang terkenal adalah, "Orang Islam tidak menganggap bahwa Agama adalah milik Allah dan tanah air adalah milik rakyat. Akan tetapi, dia menganggap bahwa Agama dan tanah air adalah milik Allah. Siapa yang tidak sependapat dengan ini, dia adalah orang yang salah jalan dan berpaling dari kekuatan tersembunyi yang akan membinasakannya."

 Di antara karangan-karangannya adalah Syahidu Al Mahrab Umar bin Al-Khathab, Al Hukumah Adalah Diniyah, Al-Mulham Al-Mauhub Hasan Al-Banna Ustadzun Jalilun dan Dzikrayat La Mudzakkirat.

 Umar At-Tilmisani meninggal dunia di Mesir pada tahun 1986 dalam usia delapan puluh dua tahun. Lebih dari setengah juta umat Islam dari berbagai penjuru dunia turut mengantarkan jenazahnya.


Abu An-Nasr

Nama lengkapnya adalah Muhammad Hamid Ali Ahmad Abu An-Nasr.

Lahir pada tahun 1913 di kota Munfalut di propinsi Asyuth, Mesir. Kakeknya adalah seorang ulama Al Azhar dan penyair. Dia berperan dalam lahirnya Revolusi Arab.

Dia hanya tamatan SMA. Setelah lulus dari SMA, dia berkonsentrasi untuk mengurusi harta kekayaan milik keluarga.

Dia bergabung dengan organisasi Ikhwanul Muslimin dan melakukan bai'at kepada Hasan Al-Banna tahun 1934.

Dia sering menemani Hasan Al-Banna dalam berbagai kunjungannya ke berbagai daerah.

Abu An-Nasr adalah orang yang pertama kali mendirikan cabang Ikhwanul Muslimin di wilayah Mesir Bagian Ataş.

Dia adalah merupakan utusan wilayah Mesir Bagian Atas dalam Kantor Pengarahan Pusat Ikhwanul Muslimin.

Walaupun dia mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Presiden Jamai Abdul Nasser, hal ini tidak menghalanginya untuk menjebloskan Abu An-Nasr ke penjara. Pada tahun 1954, dia ditahan dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Selama sembilan belas tahun berturut-turut dia berada di balik jeruji penjara dan baru dibebaskan pada tahun 1973.

Abu An-Nasr sering bersama Hasan Al-Hudhaibi dan Umar At-Tilmisani dalam setiap perjalanan. Di awal dakwah Hasan Al-Banna, Abu An-Nasr juga sering menemani perjalanannya. Hal inilah yang mendorong dia untuk melakukan dakwah.

Dia adalah orang yang mengusulkan agar lambang Ikhwanul Muslimin terdiri dari dua pedang dan Al-Qur'an.

 Dia dikaruniai dua putera dan satu puteri.

 Abu An-Nasr menjadi Pimpinan Umum Ikhwanul Muslimin setelah wafatnya Umar At-Tilmisani tahun 1986.

Di bawah pimpinannya, Ikhwanul Muslimin meraih banyak kemajuan yang berarti. Ikhwanul Muslimin dalam masa pimpinannya bisa ikut dalam pemilihan parlemen tingkat pusat tahun 1987 dan 1995. Pada tahun 1992, Ikhwanul Muslimin juga ikut dalam pemilihan parlemen tingkat daerah serta ikut pemilihan anggota MPR tingkat pusat tahun 1989. Ikhwanul Muslimin di bawah pimpinannya juga mencatat kemajuan yang signifikan dengan mendirikan beberapa Asosiasi Serikat Pekerja dan berhasil menghidupkan kembali kehidupan organisasi, lembaga kemasyarakatan dan politik di Mesir.

 Di antara karangan-karangannya adalah Haqa'iqatu Al-Khilafi baina Al-lkhwan Al-Muslimin wa Abdu An-Nasr.

 Abu An-Nashr (Semoga Allah memberikan rahmat kepadanya) meninggal dunia pada tahun 1996.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah Umar At-Tilmisani dan Abu An-Nasr"