Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Umar Makram dan Abdul Qadir Al-Jazairi

umar makram dan abdul qadir al jazairi

Umar Makram

Nama lengkapnya adalah Umar Makram bin Husain As-Suyuthi.

Lahir di Asyut pada tahun 1168 H.

Dia adalah pemimpin keturunan Nabi Muhammad yang ada di Mesir dan juga merupakan salah seorang ulama Al-Azhar.

Ketika terjadi penyerangan yang dilakukan oleh Perancis terhadap Kairo, dia tampil untuk memimpin pasukan yang terdiri dari penduduk Kairo untuk melawan mereka. Akan tetapi, dia gagal dan keluar dari Kairo setelah masuknya penjajah Perancis. Dia kemudian menetap di Arisy dan kemudian pindah ke Yafa di Palestina.

Ketika Napoleon berhasil menduduki Yafa, dia sangat memuliakan Umar Makram. Setelah itu Napoleon memindahkannya ke Mesir dan membunuh keluarganya.

Bersama penduduk Kairo dia membalas Kliber dan orang-orang Perancis.Umar Makram memerangi mereka selama 37 hari.

Dia berhasil menyelamatkan diri ke Kairo, setelah pasukan Utsmani melarikan diri karena lemahnya perlawanan.

Setelah keluarnya Perancis dari Mesir dan kembalinya pasukan Utsmani, dia diangkat kembali sebagai pemimpin keturunan Nabi.

Dia membantu Muhammad Ali dalam pertempurannya melawan Khursyid Basya seorang gubernur dari dinasti Utsmani.

Ketika dia ingin terjun untuk berkiprah dalambidang politik,Muhammad Ali mengasingkannya ke Dumyath selama empat tahun. Kemudian dia dipindahkan ke Thantha.

Umar Makram minta izin kepada Muhammad Ali untuk menunaikan ibadah haji bersamanya dan Muhammad Ali mengabulkan permohonan tersebut. Setelah itu, dia kembali ke Kairo dan pada saat itu sedang terjadi kekacauan. Dikarenakan Muhammad Ali khawatir terhadap peran Makram dalam kekacauan tersebut, dia memintanya agar menyingkir ke Thantha.

Ar Rafi'i berkata, “Jasanya tidak begitu dikenal dan usahanya tidak pernah mendapat balasan. Nasibnya selalu diasingkan, disingkirkan dari suatu perjuangan serta dianggap orang yang tidak tahu terima kasih."

Abu Hadid berkata, "Dia sangat perhatian dengan perpustakaan pribadi yang sangat besar. Sebagian buku yang ada di perpustakaannya sampai sekarang masih tersimpan rapih di Darul Kutub Al Misriah dan namanya pun masih tertulis dengan jelas pada buku-bukunya.”

Dia meninggal dunia di Thantha pada tahun 1237 H. 

  

Abdul Qadir Al-Jazairi

Nama lengkapnya adalah Abdul Qadir bin Muhyiddin bin Musthafa Al Husaini Al-Jazairi.

Lahir pada tahun 1807 M di desa Qaithanah di Wahran, Aljazair.

Abdul Qadir Aljazairi hafal Al-Quran.

·Dia belajar di Wahran, di sana dia mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Bahasa, Agama, Sejarah, Astronomi dan Filsafat.

Dia adalah pemimpin orang-orang yang berjuang, seorang ulama, penyair dan mempunyai sifat pemberani. Setelah Perancis menjajah Aljazair, penduduk Al-Jazair terutama para ulama dan para tokoh-tokoh yang berpengaruh berbai'at kepada Abdul Qadir untuk mengumumkan jihad melawan Perancis.

Dia berperang melawan Perancis selama 15 tahun. Dalam beberapa pertempuran melawan mereka, pasukan Abdul Qadir Al-Jazairi sering keluar sebagai pemenang. Pertempurannya yang sangat penting dalam melawan penjajah Perancis adalah pertempuran Wahran.

Dia banyak membebaskan wilayah-wilayah dari tangan pasukan Perancis. Di wilayah-wilayah yang dibebaskan, dia menjalankan sistem pemerintahannya. Dia mencetak uang dengan nama Muhammadiyah. Dia juga mendirikan beberapa pabrik senjata, peralatan perang dan pakaian tentara.

Pada tahun 1838 M, dia menyepakati perjanjian De Michael dengan Perancis untuk menghentikan perang.

Selang dua tahun dari perjanjian tersebut, Abdul Qadir mengumumkan sebuah revolusi untuk melawan penjajah Perancis. Setelah itu, selama 8 tahun dia melakukan perang gerilya. Dengan keberanian yang luar biasa, dia selalu tampil di depan dalam setiap pertempuran.

Setelah pasukannya pecah dan terpencar-pencar,ditambah lagi pasukan Perancis melakukan penangkapan terhadap keluarganya, dia akhirnya menyerah dengan terpaksa.

Setelah itu pada tahun 1848 M, dia diasingkan di Tolon,Perancis. Kemudian dia dipindahkan ke Anbawaz dan menetap di sana selama empat tahun. 

Ketika Abdul Qadir Al-Jazairi dipenjara, Raja Napoleon III mengunjunginya. Raja Napoleon bersedia membebaskannya dengan syarat ia tidak akan kembali lagi ke Aljazair. Setelah dibebaskan, ia pergi ke Paris, lalu ke Istanah dan kemudian ke Damaskus.

Beberapa karangannya adalah, Dzikra Al-'Aqil Tanbih Al-Ghafil (buku tersebut membahas tentang ilmu pengetahuan dan akhlak dan Wasya'ih Al-Kataib wa Tarbiyat Al-JaisyAl-Ghalib dan Al-Mawaqif. Buku terakhir yang terdiri dari tiga jilid, membahas tentang tasawuf dan sya'ir.

Dia meninggal dunia di Damaskus pada tahun 1884 M. Pada tahun1967, jenazahnya di pindah ke Aljazair.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Kisah Umar Makram dan Abdul Qadir Al-Jazairi"